Vihara Dewi Kwan Im Belitung ditemukan pertama kali pada tahun 1747. Terletak di desa burung mandi, kecamatan Manggar, Belitung timur. Destinasi ini dapat ditempuh sekitar 2 jam dari pusat kota Belitung Tanjungpandan dan sekitar 30 menit dari kota Manggar, kabupaten Belitung Timur. Konon, Dewi Kwan Im bersembahyang di atas batu yang ada di Kon Im, salah satu tempat sembayang paling besar di vihara ini. Setiap harinya vihara ini selalu ramai didatangi oleh pengunjung baik yang ingin beribadah maupun berwisata.
Untuk memasuki
Vihara Dewi Kwan Im ini, Anda harus menaiki anak tangga yang berjumlah sekitar 86 buah. Vihara ini memiliki tiga tempat sembahyang. Pertama, Shimunyo yang berada di dekat anak tangga. Naik lebih ke atas, maka Anda akan menjumpai satu lagi tempat sembahyang bernama Sitiyamuni. Beranjak lebih ke atas, maka Anda akan menjumpai tempat sembahyang yang paling besar di vihara ini yaitu Kon Im. Ketiga bangunan ini digunakan sebagai tempat beribadah, bangunan pertama digunakan untuk berdoa kepada dewi kwan im, bangunan kedua digunakan untuk berdoa kepada Buddha sedangkan bangunan yang ketiga digunakan untuk berdoa kepada toapekong atau dewa laut.
Vihara buddhayana ini memiliki keunikan tersendiri selain bangunan yang sarat akan nilai historis karena usia yang sudah mencapai dua setengah abad, Vihara ini terletak diatas perbukitan yang menyuguhkan pemandangan menarik dan mengagumkan dengan latar belakang gunung Burung Mandi. Jika sedang beruntung, Anda juga bisa melihat kawanan monyet yang turun dari bukit untuk mencari makan ke
Vihara Dewi Kwan Im. Tak hanya pemandangan menarik yang bisa dinikmati, namu pengunjung juga dapat berfoto-foto mengunakan pakaian cina kuno yang sudah disediakan oleh pengurus kuil/vihara dan meramalkan diri anda. Dari Vihara ini pengunjung dapat melanjutkan perjalanan ke pantai Burung Mandi yang letaknya hanya beberapa menit dari tempat ini.
Di dalam
Vihara Dewi Kwan Im juga ada lukisan Dewi Kwan Im tengah duduk di atas teratai, dan sejumlah patung
Dewi Kwan Im yang kebanyakan memegang botol labu di tangan kirinya. Sebagian nyala lilin telah diganti bohlam lampu kecil dan dua buah pelita minyak yang selang buangan kelebihan minyaknya terlihat menjuntai ke bawah. Vihara ini terletak di perkampungan muslim, bukan di perkampungan etnis China yang menganut agama Budha. Menurut pengurus vihara, ada alasan kenapa hal tersebut bisa demikian, tak lain karena masyarakat beda agama di pulau ini sama-sama ingin menunjukan sikap toleransi dan saling menghormati yang mereka miliki.
Posting Komentar
Posting Komentar